pesawat tempur dari masa ke masa
Pesawat tempur adalah pesawat militer sayap tetap yang dirancang terutama untuk pertempuran udara-ke-udara. Dalam konflik militer, peran pesawat tempur adalah untuk membangun superioritas udara dalam ruang pertempuran. Dominasi wilayah udara di atas medan perang memungkinkan pengebom dan pesawat serang untuk terlibat dalam pengeboman taktis dan strategis terhadap target musuh.
Kinerja utama pesawat tempur tidak hanya mencakup daya tembaknya tetapi juga kecepatan tinggi dan kemampuan manuvernya relatif terhadap pesawat target. Berhasil atau tidaknya upaya sebuah kombatan untuk mendapatkan superioritas udara bergantung pada beberapa faktor termasuk keterampilan pilotnya, kebenaran taktis dari doktrinnya untuk mengerahkan pesawat tempurnya, dan jumlah serta kinerja pesawat tempur tersebut.
Banyak pesawat tempur modern juga memiliki kemampuan sekunder seperti serangan darat dan beberapa jenis, seperti tempur pengebom, dirancang sejak awal untuk peran ganda. Desain pesawat tempur lainnya sangat terspesialisasi sambil tetap mengisi peran superioritas udara utama, dan ini termasuk pencegat, pesawat tempur berat, dan pesawat tempur malam.
Sejarah
Sejak Perang Dunia I, mencapai dan mempertahankan superioritas udara telah dianggap penting untuk kemenangan dalam peperangan konvensional.
Pesawat tempur terus dikembangkan selama Perang Dunia I, untuk menangkal kemampuan pesawat dan balon udara musuh untuk mengumpulkan informasi dengan pengintaian di medan perang. Pesawat tempur generasi awal berukuran sangat kecil dan dipersenjatai secara ringan oleh standar pada masa-masa setelahnya, dan sebagian besar adalah pesawat sayap ganda yang dibuat dengan bingkai kayu yang dilapisi kain, dengan kecepatan udara maksimum sekitar 100 mph (160 km/h). Ketika kendali wilayah udara di atas pasukan darat menjadi semakin penting, semua kekuatan utama dunia mengembangkan pesawat tempur untuk mendukung operasi militer mereka. Pada periode antar perang, kayu sebagian besar digantikan sebagian atau seluruhnya oleh pipa logam, dan akhirnya struktur kulit aluminium yang ditekan (monocoque) mulai mendominasi.
Saat Perang Dunia II, sebagian besar pesawat tempur adalah monoplane berbahan logam yang dipersenjatai dengan baterai senapan mesin atau meriam dan beberapa mampu mencapai kecepatan mendekati 400 mph (640 km/h). Kebanyakan pesawat tempur sampai saat itu memiliki satu mesin, tetapi sejumlah pesawat tempur bermesin ganda dibuat. Namun pesawat bermesin ganda kalah bersaing dengan pesawat tempur bermesin tunggal dan dialihkan ke tugas lain, seperti pesawat tempur malam yang dilengkapi dengan perangkat radar primitif.
Pada akhir perang, mesin turbojet menggantikan mesin piston sebagai alat penggerak, yang semakin meningkatkan kecepatan pesawat. Karena berat mesin turbojet jauh lebih kecil daripada mesin piston, memiliki dua mesin tidak lagi menjadi hambatan dan satu atau dua digunakan, tergantung pada kebutuhan. Hal ini berujung pada kebutuhan pengembangan kursi pelontar sehingga pilot bisa melarikan diri, dan pakaian G-suit untuk melawan gaya yang jauh lebih besar yang dialami pilot selama manuver.
Pada 1950-an, radar dipasang pada pesawat tempur, karena jangkauan senjata udara-ke-udara yang semakin meningkat, pilot tidak bisa lagi melihat cukup jauh ke depan untuk bersiap menghadapi lawan. Selanjutnya, kemampuan radar tumbuh pesat dan sekarang menjadi metode utama akuisisi sasaran. Sayap dibuat lebih tipis dan disapu ke belakang untuk mengurangi hambatan transonik, yang membutuhkan metode manufaktur baru untuk mendapatkan kekuatan yang cukup. Kulit tidak lagi berupa lembaran logam terpaku pada struktur, tetapi digiling dari lempengan besar paduan. Penghalang kecepatan suara dilewati dan kecepatan pesawat tempur dengan cepat mencapai Mach 2, melewati titik di mana pesawat tidak dapat bermanuver cukup untuk menghindari serangan.
Rudal udara-ke-udara sebagian besar menggantikan senjata dan roket pada awal 1960-an karena keduanya diyakini tidak dapat digunakan pada kecepatan yang dicapai, namun Perang Vietnam menunjukkan bahwa senjata-senjata tersebut masih memiliki peran, dan sebagian besar pesawat tempur yang dibangun sejak saat itu dilengkapi dengan meriam (biasanya antara 20 dan 30 mm (0,79 dan 1,18 in) selain dengan rudal. Sebagian besar pesawat tempur modern dapat membawa setidaknya sepasang rudal udara-ke-udara.
Pada 1970-an, turbofan menggantikan turbojet, meningkatkan penghematan bahan bakar sehingga pesawat pendukung mesin piston terakhir dapat diganti dengan mesin jet, memungkinkan pesawat tempur multi peran. Struktur sarang lebah mulai menggantikan struktur yang digiling, dan komponen komposit pertama mulai muncul pada komponen yang mengalami sedikit tekanan.
Dengan peningkatan yang stabil dalam teknologi komputer, sistem pertahanan menjadi semakin efisien. Untuk mengatasi ini, teknologi siluman telah dikejar oleh Amerika Serikat, Rusia, India dan Tiongkok. Langkah pertama adalah menemukan cara untuk mengurangi reflektivitas pesawat terhadap gelombang radar dengan cara mengubur mesin, menghilangkan sudut tajam dan mengalihkan refleksi apapun dari set radar lawan. Berbagai bahan ditemukan untuk menyerap energi dari gelombang radar, dan dimasukkan ke dalam lapisan khusus yang sejak saat itu telah digunakan secara luas. Struktur komposit telah digunakan secara luas, termasuk komponen struktural utama, dan telah membantu mengimbangi peningkatan berat pesawat yang stabil—kebanyakan pesawat tempur modern lebih besar dan lebih berat daripada pengebom medium Perang Dunia II.
Karena pentingnya keunggulan udara, sejak awal pertempuran udara angkatan bersenjata terus-menerus bersaing untuk mengembangkan pesawat tempur yang unggul secara teknologi dan untuk mengerahkan pesawat tempur ini dalam jumlah yang lebih besar, dan mengerahkan armada tempur yang layak menghabiskan sebagian besar anggaran pertahanan angkatan bersenjata modern. Pada awalnya manusia menggunakan layang-layang untuk menakuti-nakuti musuh serta memberikan informasi tentang posisi baik kawan maupun lawan atau bahkan menakut-nakuti musuh. Kebiasaan ini dilakukan oleh bangsa China kuno. Kemudian pada layang layang dilengkapi dengan manusia untuk mengetahui secara detail posisi lawan.
Pasar pesawat tempur global bernilai $45,75 miliar pada tahun 2017 dan diproyeksikan oleh Frost & Sullivan sebesar $47,2 miliar pada tahun 2026: 35% program modernisasi dan 65% pembelian pesawat, didominasi oleh Lockheed Martin F-35 dengan 3.000 pengiriman selama 20 tahun
Berdasarkan era
- Era Perang Dunia I (1911-1935)
- Era Perang Dunia II (1939-1945)
- Era pesawat Jet (1950-1970)
- Era Penyempurnaan Teknologi (1970-sekarang)
Klasifikasi
Sebuah pesawat tempur dirancang secara khusus untuk pertempuran udara-ke-udara. Jenis tertentu dapat dirancang untuk kondisi pertempuran tertentu, dan dalam beberapa kasus untuk peran tambahan seperti pertempuran udara-ke-darat. Secara historis, Korps Penerbangan Kerajaan dan Angkatan Udara Kerajaan Britania Raya menyebut pesawat tempur sebagai pesawat “penilik” hingga awal 1920-an, sementara Angkatan Darat Amerika Serikat menyebutnya sebagai pesawat “pengejar” hingga akhir 1940-an. Britania Raya mengubah penyebutannya menjadi pesawat tempur pada tahun 1920-an, sementara Angkatan Darat AS melakukannya pada tahun 1940-an. Pesawat tempur jarak pendek yang dirancang untuk bertahan melawan pesawat musuh yang masuk dikenal sebagai pencegat.
Kelas pesawat tempur yang meliputi:
- Pesawat tempur superioritas udara
- Pesawat tempur pengebom
- Pesawat tempur berat
- Pesawat pencegat
- Pesawat tempur ringan
- Pesawat tempur segala cuaca (termasuk pesawat tempur malam)
- Pesawat tempur pengintai
- Pesawat tempur strategis (termasuk pesawat tempur kawal dan pesawat tempur serang)
Dari daftar tersebut, kelas pesawat tempur pengebom, tempur pengintai, dan tempur serang adalah kelas peran ganda, memiliki kemampuan tempur di samping beberapa peran lainnya. Beberapa desain pesawat tempur dapat dikembangkan dalam varian yang menjalankan peran lain sepenuhnya, seperti serang darat atau pengintaian tanpa senjata. Hal ini dilakukan mungkin karena alasan politik atau keamanan nasional, untuk tujuan periklanan, atau alasan lainnya
Sopwth Camel dan pesawat tempur “penilik” lainnya dari era Perang Dunia I melakukan banyak pekerjaan serang darat. Dalam Perang Dunia II, USAAF dan RAF sering lebih menyukai pesawat tempur daripada pesawat pengebom ringan atau pengebom tukik, dan jenis pesawat seperti Republic P-47 Thunderbolt dan Hawker Hurricane yang tidak lagi kompetitif karena pesawat tempur udara dialihtugaskan ke peran serang darat. Beberapa pesawat, seperti F-111 dan F-117, telah menerima sebutan pesawat tempur meskipun mereka tidak memiliki kemampuan tempur karena alasan politik atau lainnya. Varian F-111B awalnya ditujukan untuk peran tempur dengan Angkatan Laut AS, tetapi dibatalkan. Pengaburan ini berjalan seiring penggunaan pesawat tempur sejak awal digunakan untuk operasi “serang” terhadap sasaran darat dengan cara menembaki atau menjatuhkan bom kecil dan bahan bakar. Pesawat tempur pengebom multiperan serbaguna seperti McDonnell Douglas F/A-18 Hornet adalah pilihan yang lebih murah daripada memiliki berbagai jenis pesawat khusus.
Beberapa pesawat tempur paling mahal seperti Grumman F-14 Tomcat, McDonnell Douglas F-15 Eagle, Lockheed Martin F-22 Raptor, dan Sukhoi Su-27 dirancang sebagai pencegah segala cuaca serta pesawat tempur superioritas udara, dan pada umumnya mengembangkan peran udara-ke-darat nya di kemudian hari. Sebuah pencegat umumnya adalah pesawat dimaksudkan untuk menargetkan (atau mencegat) pesawat pengebom dan sering menukar kemampuan manuver untuk laju pendakian yang lebih baik.
Sebagai bagian dari nomenklatur militer, sebuah huruf sering diberikan ke berbagai jenis pesawat untuk menunjukkan penggunaannya, bersama dengan nomor untuk menunjukkan pesawat tertentu. Huruf yang digunakan untuk menunjukkan sebuah pesawat tempur berbeda-beda di suatu negara dari negara lainnya. Di negara-negara berbahasa Inggris, huruf “F” sekarang sering digunakan untuk menunjukkan sebuah pesawat tempur (mis Lockheed Martin F-35 Lightning II atau Supermarine Spitfire F.22 ), meskipun “P” dulu digunakan di AS untuk Pursuit (pengejar) (mis. Curtiss P-40 Warhawk), terjemahan dari bahasa Prancis dengan huruf “C” (Dewoitine D.520 C.1) untuk Chasseur (pengejar) sementara di Rusia huruf “I” digunakan untuk Istrebitel (pembasmi) (Polikarpov I-16).
Pesawat tempur superioritas udara
Seiring berkembangnya jenis-jenis pesawat tempur, pesawat tempur superioritas udara muncul sebagai peran khusus yang baru dengan puncak kemampuan kecepatan, manuver, dan sistem senjata udara-ke-udara – mampu bertahan melawan semua pesawat tempur lain dan membangun dominasinya di langit di atas permukaan medan perang.
Pesawat pencegat
Pesawat pencegat adalah pesawat yang dirancang khusus untuk mencegat dan menyerang pesawat musuh yang mendekati wilayah pertahanan kawan. Ada dua kelas umum pencegat: pesawat yang relatif ringan dalam peran pertahanan titik, dibangun untuk reaksi cepat, kinerja tinggi dan dengan jarak dekat, dan pesawat yang lebih berat dengan avionik yang lebih komprehensif dan dirancang untuk terbang di malam hari atau dalam segala cuaca dan untuk beroperasi pada jarak jangkau lebih jauh. Bermula dari Perang Dunia I, pada tahun 1929 kelas pesawat tempur ini dikenal sebagai pencegat
Pesawat tempur malam dan segala cuaca
Peralatan yang diperlukan untuk penerbangan siang hari tidak memadai saat terbang di malam hari atau dalam jarak pandang yang buruk. Pesawat tempur malam dikembangkan selama Perang Dunia I dengan peralatan tambahan untuk membantu pilot terbang lurus, bernavigasi, dan menemukan target. Mulai dari varian modifikasi dari Royal Aircraft Factory BE2c pada tahun 1915, pesawat tempur malam telah berevolusi menjadi pesawat segala cuaca yang sangat kompeten
Pesawat tempur strategis
Pesawat tempur strategis adalah pesawat yang cepat, bersenjata lengkap, dan berjangkauan jauh, mampu bertindak sebagai pesawat tempur kawal yang melindungi pengebom, untuk melakukan serangan serangan sendiri sebagai pesawat penetrasi dan mempertahankan patroli pada jarak yang jauh dari pangkalannya.
Pesawat pengebom cenderung rentan karena memiliki kecepatan rendah, ukuran besar, dan kemampuan manuver yang buruk. Pesawat tempur kawal dikembangkan selama Perang Dunia II untuk terbang di antara pengebom kawan dan mencegat musuh sebagai perisai pelindung. Persyaratan utama untuk peran ini adalah jangkauan yang jauh, terbukti dengan beberapa pesawat tempur berat yang dijadikan pesawat kawal. Namun pesawat jenis ini cenderung berat dan rentan, sehingga seiring berjalannya perang, teknologi baru seperti drop tank dikembangkan untuk memperluas jangkauan pesawat konvensional yang lebih gesit.
Pesawat penetrasi biasanya juga cocok untuk peran serangan darat, sehingga mampu mempertahankan diri saat melakukan sorti penyerangan.
Jumlah Pesawat Tempur Indonesia
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) saat ini memiliki 280 pesawat yang aktif. 120 unit diantaranya merupakan pesawat latihan (trainer), dengan rincian 43 unit pesawat latih dasar, 40 unit pesawat latih lanjut, 10 unit helikopter latih, dan 7 unit pesawat tempur latih. 65 unit sisanya merupakan pesawat tempur serbaguna dan pesawat serang angin.
Pesawat tempur serbaguna ini menggunakan tipe pesawat F-16 Fighting Falcon, Sukhoi Su-27 dan Sukhoi Su-30. Sedangkan untuk pesawat tempur ringan lainnya berjenis Hawk 209 asal Inggris.
Kini, kekuatan pesawat tempur Indonesia ada 110 unit termasuk lima SU-27 dan sebelas SU-30 sebagai pesawat utama dari Rusia, 33 F-15 Fighting Falcons, Hawk 200, KAI T-50 dan Embraer EMB 314.
Jenis-Jenis Pesawat Tempur Indonesia Sejak Tahun 1946 – 2022
1. Nakajima Ki-27 dan Nakajima Ki-43
Nakajima Ki-27 atau Pesawat 97 merupakan pesawat utama yang digunakan oleh Angkatan Udara Jepang. Pesawat yang dikenal dengan kode “Nate” ini kemudian diambil alih oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di beberapa lapangan terbang seperti di Pangkalan Udara Bugis, Malang.
Sedangkan pesawat Nakajima Ki-43 (Hayabusha) adalah pesawat berwarna hijau lumut dengan warna abu-abu di bagian bawahnya. Bagian propeller-nya berwarna aluminium dengan ujung berwarna hitam, serta terdapat lambang merah putih pada bagian sayap atas.
2. Kawasaki Ki-61
Pesawat tempur Kawasaki Ki-61 (Tony) merupakan salah satu pesawat kursi tunggal yang menjadi unggulan di kawasan Asia Pasifik. Nama “Tony” yang melekat pada pesawat ini mempunyai arti “Hien” atau burung layang-layang.
Tony memiliki karakter yang lincah di udara berkat dukungan mesin piston bertenaga 1.180 hp buatan jerman dan bisa melaju dengan kecepatan maksimum 590 km/jam serta mampu terbang hingga ketinggian 33.000 kaki. Pesawat Tony ini digunakan oleh para penerbang Jepang dalam melaksanakan aksi pengeboman bunuh diri atau kamikaze.
3. MiG-15
Pada tahun 1960-an, Indonesia memiliki puluhan jet lengkap dan paling canggih pada masanya. Mulai dari seri MiG-15, MiG-17, MiG-19 hingga MiG-21. Pesawat dengan 2 tempat duduk ini dipakai sebagai pesawat jet latih lanjut Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Dibekali dengan mesin Turbojet Klimov RD 45 FA, pesawat ini mampu mencapai kecepatan 670 mil/jam dan dipersenjatai dengan 2 buah canon yang terletak di bawah hidung pesawat. Alhasil, pesawat tempur MiG-15 menjadi sorotan pihak AS dan NATO yang khawatir kemampuan MiG-15 berada jauh di atas jet Blok Barat. Sehingga pada saat itu TNI AU menjadi “Macan Asia” yang sangat ditakuti.
4. De Havilland Vampire DH-100
De Havilland Vampire adalah pesawat tempur bermesin jet yang dikembangkan oleh Angkatan Bersenjata Inggris, Royal Air Force, selama Perang Dunia II. Vampire DH-100 digunakan oleh TNI AU sebagai pesawat latih lanjut untuk mencetak calon penerbang terbaik.
Pesawat yang dilengkapi senjata canon di bawah body-nya ini dapat membawa bom seberat 900 kg dan mampu mencapai kecepatan maksimum 882 km/jam. Pesawat yang dulu ditempatkan di Kesatuan Pancar Gas (KPG), saat ini berada di museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
5. CAC Sabre
Pada tahun 1973, Indonesia menerima hibah pesawat tempur dari Australia CAC (Commonwealth Aircraft Corporation) CA-21 atau dikenal dengan nama Avon Sabre, hanya saja pesawat ini dalam kondisi tidak bersenjata.
Pesawat tempur ini hanya memiliki kecepatan maksimal 700 mph yang tidak memungkinkan untuk menjadi pesawat penyergap. Bahkan dengan kecepatan yang minim, pesawat jet penumpang milik Garuda Indonesia Airways (GIA) masih jauh lebih cepat dari pesawat ini. Sehingga saat itu banyak lelucon yang menyebutkan pesawat Garuda lebih cepat daripada pesawat TNI AU.
Ketika Marsekal Saleh Basarah menjadi Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), CAC Sabre kembali dipersenjatai dengan sepasang meriam Aden berukuran 30 mm dan roket tipe Oerlikon SURA berukuran 80 mm sebanyak 24 unit. Alhasil, pesawat ini berhasil mendapatkan kemampuan yang memuaskan dalam latihan dengan negara-negara tetangga pada tahun 1977.
6. A-4 Skyhawk
Pada tahun 1980 hingga 2004 TNI AU pernah memiliki 34 pesawat A-4E Skyhawk sebagai pesawat taktis udara ke darat. Dalam lingkup operasi TNI AU, pesawat ini masuk ke dalam pesawat Tempur Taktis (TT) yang bisa disamakan dengan pesawat jet Hawk 109/209.
A-4 Skyhawk yang menyandang gelar “Battle Proven” ini dibuat untuk membawa persenjataan seperti rudal dan bom. Sayangnya, pesawat ini tidak disetting untuk meluncurkan rudal.
Pada tanggal 5 Agustus 2004 pesawat A-4 Skyhawk mengudara untuk terakhir kalinya dan mengakhiri pengabdiannya di Indonesia. Saat ini pesawat tersebut menjadi salah satu koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta dan Museum Satria Mandala, Jakarta.
7. P-51 Mustang
North American Aviation Mustang P-51 merupakan pesawat petarung jarak jauh buatan Amerika Serikat. Pesawat Mustang ini menjadi salah satu pesawat terbaik pada perang dunia II.
Mustang diproduksi ribuan unit untuk digunakan oleh banyak angkatan udara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. P-51 Mustang dipasangi mesin Rolls Royce dan turbocharger untuk menambah kelincahan pada ketinggian yang maksimum.
Indonesia menerima pesawat P-51 Mustang sebagai hibah dari Belanda dan diterima oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Pesawat yang dijuluki “Si Cocor Merah” ini mampu mengemban tugas di berbagai operasi, seperti Operasi Tegas di Sumatera, Operasi Sapta Marga, Operasi 17 Agustus di Pekanbaru dan Padang serta beberapa operasi lainnya.
Setelah suku cadang nya mulai langka dan usianya sudah terlalu tua, Si Cocor Merah akhirnya dimuseumkan dan dipajang di Museum Satria Mandala, Jakarta.
8. Ilyushin IL-10
Ilyushin IL-10 adalah pesawat serangan darat Soviet yang dikembangkan pada akhir Perang Dunia II. Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) sempat mempunyai pesawat ini sekitar 14 unit yang didatangkan langsung dari Polandia sekitar tahun 1957-1958.
Ilyushin IL-10 yang dipakai oleh AURI bernomor seri B-33 dengan modifikasi pada bagian tangki bahan bakar agar bisa bertahan lama saat terbang. Di Indonesia Ilyushin IL-10 tidak dipakai terlalu lama karena performa pesawat tidak terlalu bagus, sehingga semua pesawat Ilyushin IL-10 AURI dikembalikan ke Polandia
9. Bae Hawk
Bae Hawk merupakan pesawat latih lanjut yang berfungsi sebagai pesawat tempur ringan. Pesawat buatan Inggris ini diproduksi oleh British Aerospace pada tahun 1977. Bae Hawk memiliki kecepatan maksimal 1.028 km/jam dengan ketinggian maksimal 13,5 km.
Indonesia menggunakan 3 seri pesawat Bae Hawk, yaitu seri 50, seri 100, dan seri 200. Pada tahun 1980 hingga 1984, TNI AU memiliki 20 unit pesawat Bae Hawk seri 50. 13 tahun kemudian, Indonesia kembali mendatangkan pesawat Bae Hawk seri 100 dan 200 yang telah dipersenjatai dengan rudal dan berbagai jenis bom.
Pada tahun 2015, Bae Hawk sudah tidak lagi digunakan dan saat ini berlanggar di Skadron Udara 1 Pontianak dan Skadron Udara 12 Pekanbaru.
10. F-16 Fighting Falcon
F-16 Fighting Falcon adalah pesawat buatan Amerika berjenis multi peran, baik untuk serangan dari udara ke udara maupun serangan dari udara ke darat. F-16 Fighting Falcon ini mampu mencapai kecepatan 2.120 km/jam dengan ketinggian maksimal 15 km.
Di tahun 2012 Indonesia mendapat hibah pesawat F-16 Fighting Falcon dari Angkatan Udara Amerika sebanyak 24 unit. Namun, Indonesia harus mengeluarkan biaya sekitar 750.000.000 USD untuk biaya pembaharuan.
Pesawat ini berada di Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Magetan Jawa Timur dan Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.
11. T-50I Golden Eagle
T-50I Golden Eagle merupakan pesawat latih lanjut yang digunakan sebagai pesawat tempur ringan. Pesawat ini dirancang oleh Korean Aerospace Industry bersama Lockheed Martin pada tahun 1990-an.
Pesawat dengan kecepatan maksimal 2.640 km/jam dan ketinggian maksimal 14.6 km ini mampu mengangkut roket rudal dan bom dengan berat total mencapai 3,7 ton.
Pada tahun 2011, Indonesia membeli T-501 Golden Eagle untuk menggantikan Hawk MK-53. Pesawat T-50I milik TNI AU resmi tidak digunakan lagi pada tahun 2015 dan ditempatkan di Skadron 15 Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur.
12. EMB-314/A 29 Super Tucano
EMB-314 Super Tucano merupakan pesawat tempur milik TNI AU yang diproduksi secara masal di Brasil pada tahun 2003. Pesawat ini menggunakan alat penggerak berupa baling-baling yang memiliki kecepatan maksimal 590 km/jam dan ketinggian maksimal 10 km.
EMB-314 digunakan untuk melakukan pengintaian karena pesawat ini tidak dapat melakukan serangan dari udara ke udara. Bisa dikatakan pesawat ini berfungsi sebagai misi serangan darat (anti gerilya).
Super Tucano dapat mengangkut berbagai jenis persenjataan seperti rudal, roket pod FFAR bahkan bom Cluster dengan maksimal berat mencapai 1,5 ton. Pesawat tempur EMB-314 Super Tucano saat ini berada di Skuadron Udara 1 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
13. Sukhoi
Sukhoi merupakan pesawat buatan Rusia yang memiliki keunggulan di udara dan dapat difungsikan sebagai misi serangan darat. Pesawat ini sudah lama ditaksir oleh Indonesia.
Pada tahun 2003, Indonesia berhasil mendatangkan 4 unit pesawat Sukhoi berjenis SU 27SK dan SU 30 MK. Selanjutnya, pada tahun 2014 kembali menambah 6 unit pesawat Sukhoi SU 27Sk dan SU 30 mk. Sehingga total semua pesawat Sukhoi yang dimiliki Indonesia berjumlah 16 unit.
Pesawat Sukhoi dilengkapi dengan berbagai persenjataan, seperti bom dan rudal yang berada di sisi kanan dan kiri badan pesawat. Saat ini, Sukhoi ditempatkan di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar
Tempat Bermain Slot Yang Asik : JokerPlay365
Tinggalkan Balasan